
‘Takeover’ Liga Super Wanita Oleh Jepang: Mengapa Klub-Klub Besar Inggris Mengisi Skuad Mereka Dengan Bintang Nadeshiko
Sebelum musim Liga Super Wanita (WSL) 2023-24 dimulai, hanya ada delapan pemain Jepang dalam sejarah 12 tahun kompetisi ini. Kini, jumlah itu melonjak lebih dari dua kali lipat dalam waktu kurang dari dua tahun. Hanya Australia, Swedia, Irlandia, dan Belanda—di luar Inggris—yang memiliki lebih banyak pemain di WSL dibandingkan negara Asia tersebut saat ini.
Para pemain ini juga kerap menjadi sorotan setiap pekan. Beberapa waktu lalu, Fuka Nagano mencetak gol dan assist saat Liverpool secara mengejutkan mengalahkan Manchester United di Anfield. Sehari setelahnya, Aoba Fujino melepaskan tembakan keras melewati kiper Chelsea, Hannah Hampton, untuk menyamakan kedudukan bagi Manchester City di final Piala Liga. Kemudian, dalam pertandingan all-English perempat-final Liga Champions melawan musuh yang sama, ketenangan luar biasa Yui Hasegawa menjadi kunci dalam proses gol Vivianne Miedema yang menggandakan keunggulan City di leg pertama.
Dulu, pemain Jepang hanya sebentar meninggalkan negaranya, bermain beberapa laga di Inggris, AS, atau tempat lain sebelum—kebanyakan—kembali ke Jepang untuk menutup karier mereka. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pola itu berubah drastis—dan ini menguntungkan tidak hanya WSL, tetapi juga liga lain di seluruh dunia serta, yang terpenting, tim nasional Jepang sendiri.